Friday, March 11, 2016

Gangguan Emosi dan Perilaku Anak

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, serta karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tentang “Gangguan Emosi dan Perilaku Anak”. Makalah ini kami disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku Sosial, dengan segenap kerendahan hati tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada:
1.      Ibu  Dinar Westri Andini, M.Pd Selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku Sosial.
2.      Teman satu kelompok yang sudah bekerja sama dengan baik, dan juga kepada teman-teman yang sudah memberikan masukan saat pembuatan makalah.
            Kami menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah kami yang akan datang. Demikian atas perhatianya kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Yogyakarta, 05 Maret 2016




Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Anak dengan gangguan emosi dan tingkah laku biasa disebut anak tunalaras, memiliki emosional yang kurang baik, hal tersebut membuat interaksi sosial mereka dengan teman-temannya maupun guru menjadi terganggu. Mereka terkadang berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang tidak diterima oleh lingkungan. Semua itu terjadi dikarenakan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunalaras masih kurang bail.
Anak dengan gangguan tingkah laku secara sepintas tidak bermasalah, namun sebenarnya, anak ini mengalami hambatan dalam masa perkembangannya. Setiap mencapai tahapan perkembangan baru anak memiliki krisis psikologis yang bisa menyebabkan keterampilan sosialnya tidak tertuju pada tahap positif, tetapi apabila egonya mampu menghadapi krisis ini maka perkembangan egonya akan mengalami kematangan dan anak akan mampu menyesuaikan diri dengan baik.
Anak dengan gangguan emosi dan tingkah laku biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang telah berlaku di sekitarnya sehingga meresahkan masyarakat. Banyak faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku anak. Diantaranya adalah lingkungan. Selain itu, agama merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan tingkah laku anak.





B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan gangguan emosi dan perilaku lain anak?
2.      Bagaimana karakteristik anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku?
3.      Apa  faktor  penyebab gangguan  emosi dan perilaku anak?
4.       Bagaimana cara mengidentifikasi gangguan emosi dan perilaku anak?
5.      Apa pendekatan bagi anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku?

C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut bertujuan :
1.      Untuk mengetahui apa itu gangguan emosi dan perilaku anak.
2.      Untuk mengetahui karakteristik anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
3.      Untuk mengetahui faktor  penyebab gangguan  emosi dan perilaku anak.
4.      Untuk mengetahui cara mengidentifikasi gangguan emosi dan perilaku anak.
5.      Untuk mengetahui pendekatan bagi anak yang mengalami gangguan emosi


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Gangguan Emosi dan Perilaku Anak
Gangguan Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional And Behavioral Disorders (EBD) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya (ditjen PLB.com, 2006).
Menurut Pullen (dalam jurnal, 23 : 2009) menyatakan bahwa anak dengan gangguan emosi dan perilaku tidak mampu dengan baik dalam menjalin hubungan, misalnya hubungan pertemanan.  Anak dengan gangguan emosi dan perilaku mengalami kegagalan dalam membangun hubungan emosional yang dekat dan memuaskan dengan orang lain. Jika anak dengan gangguan emosi dan perilaku tersebut dapat membangun hubungan pertemanan, mereka seringkali akan berteman dengan anak-anak yang memiliki perilaku yang menyimpang.
Anak dengan gangguan emosi dan perilaku ini suka menghindar dari orang lain. Selain itu terdapat juga anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang terisolasi dari lingkungannya, namun bukan karena mereka menghindar dari hubungan pertemanan, tetapi karena mereka yang  memulai permusuhan atau tindakan agresi. Akibat dari perilaku tersebut, anak dengan gangguan emosi dan perilaku seringkali dijauhi oleh anak-anak lain atau orang dewasa (orang tua, guru, kakak, dan lain-lain).
B.     Karakteristik Anak Yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku
Anak dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteristik yang komplek dan sering kali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan oleh anak-anak sebaya lain, seperti banyak bergerak, mengganggu teman sepermainan, perilaku melawan, dan ada kalanya perilaku menyendiri. Anak dengan gangguan emosi dan perilaku dapat ditemukan di berbagai komunitas anak-anak, seperti play group, sekolah dasar, dan lingkungan bermain.
Menurut Sunardi (dalam Aini Mahabbati : 2006) seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:
1.         Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
2.         Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
3.         Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.
4.         Mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
5.         Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan-permasalahan pribadi atau sekolah.
Lebih lanjut menurut Hallahan & Kauffman (dalam jurnal Aini Mahabbati,105 : 2006) menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
1.        Intelegensi dan Prestasi Belajar
Anak-anak dengan gangguan ini memiliki intelegensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal.


2.        Immature, withdrawl behavior (internalizing)
Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang.
3.        Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting out behavior (externalizing)
Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti: mamukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain mungkin juga melakukan perilaku-perilaku tersebut tetapi tidak secara implusif dan sesering anak dengan conduct disorder.

C.     Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku Anak
Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik (berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik (berasal dari luar diri anak). Faktor -faktor tersebut adalah:
1.    Faktor biologis
Beberapa penyebab biologis telah ditemukan berhubungan dengan gangguan emosi dan perilaku tertentu. Contohnya termasuk anak-anak yang lahir dengan sindrom alkohol janin, yang menunjukkan masalah dalam pengendalian impuls dan hubungan interpersonal yang dihasilkan dari kerusakan otak. Malnutrisi dapat juga menyebabkan perubahan perilaku dalam penalaran dan berpikir.



2.    Faktor lingkungan atau keluarga
Keluarga sangat penting dalam perkembangan anak-anak. Interaksi negatif atau tidak sehat di dalam keluarga seperti pelecehan dan penelantaran, kurangnya pengawasan, minat, dan perhatian, dapat mengakibatkan atau memperburuk kesulitan emosional yang ada dan/ atau kesulitan perilaku. Di sisi lain, interaksi yang sehat seperti kehangatan dan responsif, disiplin konsisten dengan panutan, dan perilaku yang mengharapkan penghargaan dapat meningkatkan perilaku positif pada anak-anak.
3.    Faktor Sekolah
Guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam interaksi dengan siswa. Interaksi positif dan produktif guru-murid dapat meningkatkan pembelajaran siswa dan perilaku sekolah yang sesuai serta memberikan dukungan ketika siswa mengalami masa-masa sulit. Lingkungan akademik yang tidak sehat dengan guru yang tidak terampil atau tidak sensitif dapat menyebabkan atau memperburuk perilaku atau gangguan emosi yang sudah ada.
4.    Faktor Masyarakat
Masalah masyarakat, seperti kemiskinan ekstrim disertai dengan gizi buruk, keluarga yang tidak berfungsi, berbahaya dan lingkungan yang penuh kekerasan, dan perasaan putus asa, dapat mengakibatkan atau memperburuk gangguan emosi atau perilaku anak.









D.    Cara Mengidentifikasi Gangguan Emosi dan Perilaku Anak
Mengidentifikasi permasalahan anak diartikan sebagai upaya menemukan gejala-gejala yang tampak pada penampilan dan perilaku anak dalam memperkirakan penyebab  masalah hingga bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dan guru untuk mengetahui apakah anak mengalami permasalahan atau tidak. Cara-cara tersebut secara umum dibagi dua, yakni melalui tes dan  non tes.
1.    Tes
Tes merupakan salah satu alat bantu yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak yang bersifat standar/baku.Bentuk tes ini dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas –tugas yang harus dijawab atau dikerjakan anak serta dibatasi oleh waktu. Di antara beragam jenis tes yang banyak dipergunakan, di antaranya adalah:
a.       tes bakat
b.       inteligensi
c.        prestasi
d.      diagnostic
2. Non-tes
Teknik non tes biasanya dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak dengan cara mengamati penampilan serta perilaku anak dalam aktivitas kesehariannya sehingga cenderung lebih fleksibelbila dibandingkan dengan teknik tes. Di samping itu, dipergunakan  pula kumpulan hasil karya dan pekerjaan anak selama periode waktu tertentu. Beberapa macam teknik non-tes yang populer, di antaranya adalah:
a.       observasi
b.      wawancara
c.       angket
d.      portofolio
e.       catatan anekdot
f.       daftar cek
g.      skala penilaian
h.      sosiometri
i.        angket
j.        tugas kelompok

E.     Pendekatan Teoritis Bagi Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku
1.      Pendekatan Biomedis  
Pendekatan ini berusaha untuk menerangkan gangguan emosi dan tingkah laku dari sudut pandang kedokteran. Ketidaknormalan neurologis dan cidera neurologis sebagai penyebab gangguan ini. Strategi penanganan yang ditekankan dalam pendekatan ini yaitu penggunaan obat dan penanganan medis lainnya.            Guru dapat membantu siswa dan orang tua dalam mengatur penggunaan obat untuk siswa selama disekolah. Guru dapat pula membantu dengan mengawasi dan mencatat perubahan-perubahan siswa setelah mendapat penanganan medis.
2. Pendekatan Psikodinamik    
Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan psikologis siswa. Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan Pendekatan ini juga terapi untuk merubah sikap negatif siswa ke arah yang lebih positif. Ini dilakukan oleh psikiater, psikolog, konselor dan sejenisnya.

3. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilaku yang merupakan problematika secara sosial dan personal bagi siswa tersebut. Tujuannya adalah menghilangkan perilaku negatif dan menggantinya dengan perilaku yang lebih layak secara sosial.

4. Pendekatan Pendidikan
Jarang ditemukan seorang siswa dengan gangguan emosional dan tingkah laku mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka biasanya tidak mampu berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya, penanganan pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis mungkin berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik dapat benar-benar menjadi lingkungan terapis.       

5. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman siswa ke dalam konteks kehidupan mereka secara total.
Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu siswa yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.








BAB III
Penutup

A.     Kesimpulan

Gangguan Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional And Behavioral Disorders (EBD) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya.