KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat, hidayah, serta karunianya kami dapat menyelesaikan
Makalah ini tentang “Gangguan Emosi dan Perilaku Anak”.
Makalah ini kami disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku Sosial, dengan segenap kerendahan hati tidak lupa kami ucapkan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini terutama kepada:
1. Ibu Dinar Westri Andini, M.Pd Selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pembelajaran Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku
Sosial.
2. Teman
satu kelompok yang sudah bekerja sama dengan baik, dan juga kepada teman-teman
yang sudah memberikan masukan saat pembuatan makalah.
Kami menyadari dengan segenap hati
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah kami yang
akan datang. Demikian atas perhatianya kami ucapkan terima kasih, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 05 Maret 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak
dengan gangguan emosi dan tingkah laku biasa disebut anak tunalaras, memiliki
emosional yang kurang baik, hal tersebut membuat interaksi sosial mereka dengan
teman-temannya maupun guru menjadi terganggu. Mereka terkadang berinteraksi
dengan orang lain dengan cara yang tidak diterima oleh lingkungan. Semua itu terjadi
dikarenakan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunalaras masih kurang bail.
Anak
dengan gangguan tingkah laku secara sepintas tidak bermasalah, namun
sebenarnya, anak ini mengalami hambatan dalam masa perkembangannya. Setiap mencapai
tahapan perkembangan baru anak memiliki krisis psikologis yang bisa menyebabkan
keterampilan sosialnya tidak tertuju pada tahap positif, tetapi apabila egonya
mampu menghadapi krisis ini maka perkembangan egonya akan mengalami kematangan
dan anak akan mampu menyesuaikan diri dengan baik.
Anak dengan gangguan emosi dan tingkah laku biasanya menunjukan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang telah berlaku di
sekitarnya sehingga meresahkan masyarakat. Banyak faktor yang berperan dalam
pembentukan perilaku anak. Diantaranya adalah lingkungan. Selain itu, agama
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan tingkah laku anak.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan gangguan emosi dan perilaku lain anak?
2.
Bagaimana karakteristik anak yang
mengalami gangguan emosi dan perilaku?
3. Apa faktor
penyebab gangguan emosi dan
perilaku anak?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi gangguan emosi
dan perilaku anak?
5.
Apa pendekatan bagi anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut bertujuan :
1.
Untuk
mengetahui apa itu gangguan emosi dan perilaku anak.
2.
Untuk
mengetahui karakteristik anak yang mengalami gangguan emosi dan
perilaku.
3.
Untuk
mengetahui faktor
penyebab gangguan emosi dan
perilaku anak.
4.
Untuk
mengetahui cara mengidentifikasi gangguan emosi dan perilaku
anak.
5.
Untuk mengetahui pendekatan bagi anak
yang mengalami gangguan emosi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Gangguan Emosi dan Perilaku Anak
Gangguan Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional
And Behavioral Disorders (EBD) adalah anak yang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya
(ditjen PLB.com, 2006).
Menurut Pullen (dalam jurnal, 23 : 2009) menyatakan bahwa anak dengan
gangguan emosi dan perilaku tidak mampu dengan baik dalam menjalin hubungan,
misalnya hubungan pertemanan. Anak
dengan gangguan emosi dan perilaku mengalami kegagalan dalam membangun hubungan
emosional yang dekat dan memuaskan dengan orang lain. Jika anak dengan gangguan
emosi dan perilaku tersebut dapat membangun hubungan pertemanan, mereka seringkali
akan berteman dengan anak-anak yang memiliki perilaku yang menyimpang.
Anak dengan gangguan emosi dan perilaku ini suka menghindar dari orang
lain. Selain itu terdapat juga anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang
terisolasi dari lingkungannya, namun bukan karena mereka menghindar dari
hubungan pertemanan, tetapi karena mereka yang memulai permusuhan atau tindakan agresi.
Akibat dari perilaku tersebut, anak dengan gangguan emosi dan perilaku seringkali
dijauhi oleh anak-anak lain atau orang dewasa (orang tua, guru, kakak, dan
lain-lain).
B.
Karakteristik
Anak Yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku
Anak dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki
karakteristik yang komplek dan sering kali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan
oleh anak-anak sebaya lain, seperti banyak bergerak, mengganggu teman
sepermainan, perilaku melawan, dan ada kalanya perilaku menyendiri. Anak dengan
gangguan emosi dan perilaku dapat ditemukan di berbagai komunitas anak-anak,
seperti play group, sekolah dasar, dan lingkungan bermain.
Menurut
Sunardi (dalam Aini Mahabbati : 2006) seseorang dikatakan mengalami gangguan
perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam
kurun waktu yang lama, yaitu:
1.
Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan
disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
2.
Ketidakmampuan untuk membangun atau
memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
3.
Tipe perilaku yang tidak sesuai atau
perasaan yang di bawah keadaan normal.
4.
Mudah terbawa suasana hati (emosi
labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
5.
Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom
fisik atau ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan
permasalahan-permasalahan pribadi atau sekolah.
Lebih lanjut menurut Hallahan &
Kauffman (dalam jurnal Aini Mahabbati,105 : 2006) menjelaskan tentang
karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
1.
Intelegensi dan Prestasi Belajar
Anak-anak
dengan gangguan ini memiliki intelegensi di bawah normal (sekitar 90) dan
beberapa di atas bright normal.
2.
Immature, withdrawl behavior
(internalizing)
Anak
dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau
kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya
mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan
kurang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang.
3.
Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif,
acting out behavior (externalizing)
Conduct disorder
(gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh
anak dengan gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti:
mamukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan
orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan
frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain
mungkin juga melakukan perilaku-perilaku tersebut tetapi tidak secara implusif
dan sesering anak dengan conduct disorder.
C. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan
Perilaku Anak
Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat intrinsik (berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik (berasal dari luar diri anak). Faktor -faktor tersebut adalah:
1.
Faktor
biologis
Beberapa penyebab biologis telah
ditemukan berhubungan dengan gangguan emosi dan perilaku tertentu. Contohnya
termasuk anak-anak yang lahir dengan sindrom alkohol janin, yang menunjukkan
masalah dalam pengendalian impuls dan hubungan interpersonal yang dihasilkan
dari kerusakan otak. Malnutrisi dapat juga menyebabkan perubahan perilaku dalam
penalaran dan berpikir.
2.
Faktor
lingkungan atau keluarga
Keluarga sangat penting dalam perkembangan anak-anak.
Interaksi negatif atau tidak sehat di dalam keluarga seperti pelecehan dan
penelantaran, kurangnya pengawasan, minat, dan perhatian, dapat mengakibatkan
atau memperburuk kesulitan emosional yang ada dan/ atau kesulitan perilaku. Di
sisi lain, interaksi yang sehat seperti kehangatan dan responsif, disiplin konsisten
dengan panutan, dan perilaku yang mengharapkan penghargaan dapat meningkatkan
perilaku positif pada anak-anak.
3. Faktor Sekolah
Guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
interaksi dengan siswa. Interaksi positif dan produktif guru-murid dapat
meningkatkan pembelajaran siswa dan perilaku sekolah yang sesuai serta
memberikan dukungan ketika siswa mengalami masa-masa sulit. Lingkungan akademik
yang tidak sehat dengan guru yang tidak terampil atau tidak sensitif dapat
menyebabkan atau memperburuk perilaku atau gangguan emosi yang sudah ada.
4. Faktor Masyarakat
Masalah masyarakat, seperti kemiskinan ekstrim
disertai dengan gizi buruk, keluarga yang tidak berfungsi, berbahaya dan
lingkungan yang penuh kekerasan, dan perasaan putus asa, dapat mengakibatkan
atau memperburuk gangguan emosi atau perilaku anak.
D. Cara Mengidentifikasi Gangguan Emosi dan Perilaku Anak
Mengidentifikasi permasalahan anak diartikan sebagai upaya menemukan gejala-gejala yang tampak pada penampilan dan perilaku anak dalam memperkirakan penyebab masalah
hingga bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dan guru untuk mengetahui apakah anak mengalami permasalahan atau tidak. Cara-cara tersebut secara umum dibagi dua, yakni melalui tes dan non tes.
1.
Tes
Tes merupakan salah satu alat
bantu yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak yang bersifat standar/baku.Bentuk
tes ini dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas –tugas yang harus dijawab atau dikerjakan anak serta dibatasi oleh waktu. Di antara beragam jenis tes yang banyak dipergunakan, di antaranya adalah:
a. tes bakat
b. inteligensi
c. prestasi
d. diagnostic
2. Non-tes
Teknik non tes biasanya
dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak dengan cara mengamati penampilan serta perilaku anak dalam aktivitas kesehariannya sehingga cenderung lebih fleksibelbila
dibandingkan dengan teknik tes. Di samping itu, dipergunakan pula kumpulan hasil karya dan pekerjaan anak selama periode waktu tertentu. Beberapa macam teknik non-tes yang populer, di antaranya adalah:
a. observasi
b. wawancara
c. angket
d. portofolio
e. catatan anekdot
f. daftar cek
g. skala
penilaian
h. sosiometri
i. angket
j. tugas kelompok
E. Pendekatan Teoritis Bagi Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan
Perilaku
1.
Pendekatan Biomedis
Pendekatan ini berusaha untuk menerangkan gangguan
emosi dan tingkah laku dari sudut pandang kedokteran. Ketidaknormalan
neurologis dan cidera neurologis sebagai penyebab gangguan ini. Strategi
penanganan yang ditekankan dalam pendekatan ini yaitu penggunaan obat dan
penanganan medis lainnya. Guru
dapat membantu siswa dan orang tua dalam mengatur penggunaan obat untuk siswa
selama disekolah. Guru dapat pula membantu dengan mengawasi dan mencatat
perubahan-perubahan siswa setelah mendapat penanganan medis.
2. Pendekatan Psikodinamik
2. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan
psikologis siswa. Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang
difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan Pendekatan ini juga terapi untuk
merubah sikap negatif siswa ke arah yang lebih positif. Ini dilakukan oleh
psikiater, psikolog, konselor dan sejenisnya.
3. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilaku yang
merupakan problematika secara sosial dan personal bagi siswa tersebut.
Tujuannya adalah menghilangkan perilaku negatif dan menggantinya dengan
perilaku yang lebih layak secara sosial.
4. Pendekatan Pendidikan
4. Pendekatan Pendidikan
Jarang ditemukan seorang siswa dengan gangguan
emosional dan tingkah laku mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka
biasanya tidak mampu berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya,
penanganan pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis
mungkin berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik
dapat benar-benar menjadi lingkungan terapis.
5. Pendekatan Ekologi
5. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman siswa
ke dalam konteks kehidupan mereka secara total.
Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu siswa yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.
Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu siswa yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Gangguan
Emosi dan Perilaku Anak atau Emotional And
Behavioral Disorders (EBD) adalah anak
yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya.